Senin, 25 Mei 2015

Menyoal Mimpi: Keajaiban adalah Nama Lain dari Kerja Keras

Pemburu Mimpi


Aku masih mengingat ketika kau duduk rapi dengan sejubel buku Akuntansi di meja warna ping. Mengetuk-ngetuk kalkulator yang kian hari kian memudar angkanya. Berjibaku dengan jurnal penyesuaian dan neraca lajur. Sesekali mendesah, ah! Ketika debit dan kredit tidak sama angkanya.

Aku masih mengingat ketika kau, membuka Fanspage Super Junior. Lalu kau tag ke facebook-Ku yang sudah lama kututup akun. Aku masih mengingat ketika matamu bersinar saat mendapat video ucapan selamat ulang tahun. Apalagi saat layar bertuliskan "Semoga cita-citamu tercapai, semoga jadi psikolog." Dan saat ini, kau tetap psikologku yang selalu mengerti everywhere, everything.

Aku masih mengingat ketika kau manunjukkan chat-mu dengan Randi-- apa aku lupa nama panjangnya-- pokoknya yang jadi pemeran Arai dalam film sang Pemimpi. Aku juga masih ingat ketika kau menunjukkan foto-foto dengan Smash, yang saat itu datang ke Purwakarta. Aku selalu berpikir bahwa kau selalu beruntung. Bahkan mendengar kabar terakhir kau ada di PH yang terkenal, aku semakin yakin kau selalu beruntung.

Jika ditanya siapa yang paling bangga menjadi teman kalian. Akulah orangnya. Kalian ibarat kayu bakar yang kapan saja mengobarkan semangat untuk berkarya. Semangat untuk terus mengejar mimpi dan cita-cita.

Aku masih ingat ketika kau berkata, "Aku punya misi!" 
Aku masih ingat ketika kita saling berjanji "Mungkin saat kita masih sekolah, kita hanya bisa bermimpi. Tapi keika kita sudah lulus nanti, itu adalah saatnya kita mewujudkan mimpi kita!" Thats Right kawan!

Tapi entah kenapa, ketika kalian berlari hendak meninggi. Aku selalu merasa disini saja. Diam.

Ah! Kau, gadis manis yang selalu kikuk ketika kami diam-diam mencuri gambarmu. Bagaimana mungkin Jakarta merubahmu begitu cepat menjadi seorang yang so ngartis :P. Kau! Belagu sekali kurang satu tahun kau sudah bekerja di kantor konsultan pajak dengan gaji hampir kepala 3. Ingin kupukul jidatmu yang lebar itu, untuk menyatakan betapa bangganya aku padamu. Kalkulator lusuhmu itu, apa sampai saat ini masih kau gunakan?

Kau penyuka korea dan bola. Masih sempatkah kau menengok jagoanmu Putu Gede Juniantara? Masih sempatkah kau menengok di mana dia sekarang? Aku ragu, Bahkan untuk membalas sms ku kau sering tak punya waktu. Ingin kucubit pipimu agar kamu sadar, bahwa jangan lembur setiap waktu. 

Dan kau satu lagi. Kurang ajar sekali kau, sudah foto dengan artis ini, artis itu. Colek ini colek itu. So soan jadi pelaku film. Bagaimana mungkin, kau yang dulu suka berteriak-teriak di kelas, kini mulai berteriak "Action!" dasar maniak akting!

Inilah nasib yang membawa kita?  Masih ingatkah ketika kita dipandang sebelah mata, tak dihiraukan ketika berbicara. Lalu kemana mereka perginya?

Masih ingatkah, kita punya mimpi? Jika tercapai kita akan pergi ke Malang. Aku selalu merindukan Malang. Entah kenapa? Mungkin karena aku rindu di puncak mimpi. Tapi mimpiku masih jauh kawan, semangati aku! Mari. 

Aku sadar, tidak ada yang berjalan instan. Kalian selalu bekerja keras. Datang lebih pagi, pulang lebih malam untuk berada di posisi itu. Dan saat ini aku harus berkaca pada diriku sendiri. Tunggu aku-tunggu aku mengejar. Tidak ada keberuntungan. Tidak ada keajaiban. Izinkan aku meminjam quotes ini: Keajaiban adalah nama lain dari kerja keras. []

2 komentar:

  1. mengharukan, sweet banget. bacanya bikin kesel nangis terus ketawa juga, rindu kalian gengs.
    Ralat ya : "Mungkin saat kita masih sekolah, kita hanya
    bisa bermimpi. Tapi keika kita sudah lulus nanti,
    itu adalah saatnya kita mewujudkan mimpi kita!"
    kata2 itu adalah sms semangat kamu untuk aku waktu kita detik2 menghadapi UN. karna dulu aku down :')

    BalasHapus
  2. Yap! Ingatkan aku jika aku salah. Itu gunanya teman. Mangat terus buat projek film-nya Emak {}

    BalasHapus