Minggu, 05 April 2015

Manusia Sejuta Quote

Aku adalah manusia dengan sejuta quote. Yang selalu kuambil dari manapun kumenemukannya. Dari omongan-omongan orang dikajian, dari cacian orang di jalanan, dari kritikan seorang yang tidak suka, sampai dari nasihat orang tercinta.



Aku adalah manusia dengan banyak impian. Ingin punya bisnis rumah makan. Ingin punya bisnis tempat wisata. Ingin jadi penulis. Ingin berkeliling dunia. Ingin melanjutkan studi di Turki. Dan ingin-ingin lainnya, termasuk menghajikan seluruh keluarga.

Aku adalah manusia dengan banyak kesukaan. Aku sempat bingung, dengan penampilanku saat ini... Mengapa orang harus membatasi kesukaanku. Dengan gayaku saat ini, bukan berarti aku tidak suka bola. Dengan gayaku saat ini bukan berarti aku tidak suka naik gunung. Dengan gayaku saat ini bukan berarti aku tidak suka nonton film Sherlock Holmes. Dengan gayaku saat ini bukan berarti aku tidak suka lagu dangdut dan karawitan. Hey, c'mon... Mungkin yang tidak aku sukai adalah rumus matematika.

Aku suka menjadi diriku sendiri. Aku suka menjadi "abu-abu". Aku suka menjadi seorang "bunglon".

Latar belakang yang berbeda membuat keinginan dan pengalamanku lebih beragam. Aku bisa bergaul dengan komunitas pecinta bola, Komunitas pecinta anime, Komunitas pecinta alam, Komunitas pecinta budaya sunda, terlebih komunitas kepenulisan. Mereka adalah surganya Quotes.

Ketika ditanya Apa motto hidupmu. Kadang-kadang aku sering bingung menjawab apa. ya! Aku adalah manusia dengan banyak Quote. Tak cukup jika kutulis kata: Terus berjuang! atau Tebar Manfaat! Hei itu hanya salah satunya saja. Ada yang hilang jika kutulis sebagian saja. Oh, aku tidak mau mendiskriminasi Quote-ku.

Menyenangkan menjadi seorang pengamat di mana pun berada. Menjadi orang yang bersikap netral. Menjadi pendengar yang baik. Tidak memihak kepada seseorang. Memihak hanya untuk kebenaran.

Beberapa waktu kebelakang. Banyak orang yang mengeluh tidak puas dengan dunia sosialnya. Ada yang merasa terisolasi. Ada yang bahkan memilih mengisolasi diri karena tak cocok dengan lingkungan. Ada yang ikut sana-ikut sini, menjelekkan kubu sana-kubu sini. Ada yang selalu jalan berdua saja. Dan aku senang mengamatinya.

Suatu hari ada yang bertanya kepadaku, "Kenapa kamu selalu terlihat ceria...? Padahal aku dan kamu terlihat sama, sama-sama tak terlihat sering 'berkubu'..."

Aku tersenyum, ia malah mengerutkan kening. Ketika itu aku berkata:

"Ada kata-kata seseorang, yang entah kulupa mendapatkan dari mana-- mungkin dari status di facebook--, yang mengatakan bahwa: 'Hidup ini jika hanya mengikuti arus, tidak akan terasa bermakna, seekor ikan yang mengikuti arus dan terus berada di zona nyaman tak akan mampu lagi berbuat apa-apa,  ia hanya tinggal menunggu mati.' tapi di sisi lain aku menemukan kata-kata bantahan yang mengatakan, 'jangan melawan arus, jika kau melawan arus maka kau akan mati dalam pengucilan'"

Ia mengernyitkan dahi, aku tak tahu sejauh mana ia menangkap apa maksud kata-kataku. Kemudian  ia mulai membuka mulut, "lalu harus bagaimana?"

Well... Aku tersenyum lagi. Quote ini entah di mana kudapatkan. Mungkin ini intuisi.
"Jadilah seorang pembuat arus, yang di mana pun kamu berada, seorang akan senang dengan sendirinya dekat denganmu, yang tanpa di minta seorang akan bercerita tentang keluh kesahnya kepadamu, akan membantu ketika kamu tengah berkeluh kesah... Jadilah seorang pembuat arus. Bermanfaat."

Jadi seorang pengamat. Adalah posisi favoritku. Dengan mengamati diam-diam mengerti. Dengan mengamati diam-diam banyak mensyukuri. Tapi mengamati saja tak akan bisa menjadi apa-apa? Kata siapa....? Justru dengan mengamati akan menjadikan kamu lebih paham dari sekadar berperan saja.

Kalau begitu, kamu tidak tahu apa-apa, karena kamu tidak pernah merasakannya langsung. Kau salah, kalau begitu janganlah jadi pengamat, karena pada hakikatnya adalah pengamat adalah orang yang telah ahli. Jangankan sekadar merasakan, jatuh bangunnya pun berkali-kali.

Aku adalah manusia sejuta Quote.
Aku adalah manusia dengan sejuta quote. Yang selalu kuambil dari manapun kumenemukannya. Dari omongan-omongan orang dikajian, dari cacian orang di jalanan, dari kritikan seorang yang tidak suka, sampai dari nasihat orang tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar