Selasa, 17 Februari 2015

Aku Melihatmu Berkepribadian Ganda...




SORE itu suasana tampak lengang. Yah, hanya sekadar dua atau tiga orang lewat di lorong kampus. Lorong yang menghubungkan ke arah toilet disudut ruang kajur Tekpen. 


Aku berjalan dengan seorang temanku, panggil saja dia Aini. Aini adalah teman dekatku akhir-akhir ini. Bukan hanya dia satu kampung halaman, dan satu kelas, nampaknya memang Allah SWT meridhai pertemuan kami.

"Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu," kata Aini. Kulihat wajahnya tampak ragu.

Aku terperangah beberpa detik. Aku mengingat film Radio Galau FM ketika adegan Bara menembak Fellin. Ya, sebelum dia menembak dia mengatakan hal yang sama pada Fellin. Aku jadi geli sendiri.

Tentu saja aku yakin Aini tak mungkin menyatakan cinta. Halooo... Kita masih normal. Aku mencoba mencandainya dengan mengatakan, "Jangan-jangan kamu mau nembak aku, hihihi."

Wajah Aini tampak kecewa, mungkin dia memang tengah ingin berbicara serius. Baiklah, "ngomong aja keles, pakek izin segala..." jawabku pada akhirnya.

Kami sudah samapi di toilet. Aku baru saja hendak berwudhu ketika Aini kemudian mengatakan sesuatu yang membuatku terdiam beberapa lama setelahnya.

"Aku merasa kamu memiliki kepribadian ganda," kata Aini.

Hening. Hanya suara air gemericik terasa dingin menyentuh jemari kakiku. Aini diam, entah apa yang ia pikirkan, mungkin ia tak menyangka kata-kata itu keluar di mulutnya. Entahlah.

Aku berwudhu terlebih dahulu. Aini belum juga membuka mulut. Setelah wudhu selesai, aku mulai bersuara.

"Kenapa kamu berkata begitu?"

"Kamu, aku selalu memperhatikanmu... ketika dihadapnku, kamu terlihat sangat dewasa," kata Aini, "tapi, aku juga sering melihat kamu bersikap seperti anak-anak, bahkan lebih dari yang aku kira..."

Aku tersenyum.

"Entah kenapa ini timbul di kepalaku, tapi itu benar-benar aku rasakan," kata Aini lagi.

"Aini, kau ingat kan pelajaran Alter Ego dan Split Ego, aku sadar. Tapi aku pikir ini hanya alter ego,"

Ia terdiam. Menunduk.

"Terimakasih," ujarku. "Sudah mau perhatian,"

Ia menolehkan wajah kearahku.

"Semua orang punya prinsip beradaptasi termasuk aku. Aku baik-baik saja, dan aku senang menjalaninnya... Jadi orang yang menyenangkan di segala tempat adalah hal yang aku tengah upayakan. Tapi aku yakin, kau tahu bagaimana diriku yang sesungguhnya. Dan aku yakin bisa menjaganya,"

Aini tak menjawab, tangannya menyentuh keran di hadapannya dan memutarnya. Beberapa detik kemudian yang terdengar hanyal aluanan suara air. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar