Senin, 16 Februari 2015

Why I Choose ‘BK’? (3-Habis)


LALU apakah kau tahu sekarang mengapa aku memilih BK?

“Karena BK adalah jurusan yang paling banyak memiliki peluang untuk jadi PNS, guru BK sangat jarang.”

“Karena diterimanya di BK…”

“Karena saya suka jadi tempat curhat…”

“Karena Allah menakdirkan saya untuk berada di jurusan BK.”



Yang terakhir itu yang lebih menjadi jawab pertanyaan itu. Namun saying, tidak semua percaya bahwa hanya gara-gara itu aku memilih BK. Bagi penanya, alasan logis haruslah yang mereka terima. Bukan sekadar jawaban, karena Allah memberi petunjuk melalui istikharah.

Sungguh, sesungguhnya itulah alasan yang paling logis bagiku. Takdir. Rencana Allah yang tida teduga. Dan bagaimana kita mempercayai kekuatan Allah terhadap diri kita.

Bagaimana mungkin aku mampu menolak petunjuk Allah, setelah Allah yang maha pemurah memberiku petunjuk. Dan nyatanya, setelah aku memenuhi petunjuknya Allah memudahkan segalanya. Tiba-tiba ada tawaran menginap di Bandung yang tak disangka-sangka, tiba-tiba aku dikenalkan dengan seorang yang PPL di tempat aku tes SBMPTN. Saat itu dia berjanji akan mengantarkanku, padahal baru akrab saat itu, dan tiba-tiba aku yang hanya lulusan SMK ekonomi. Yang tak belajar geografi, sejarah, sosiologi seperti anak SMA, merasa soal-soal SBMPTN itu amat mudah kukerjakan. Lalu apakah aku harus mengatakn bahwa itu adalah hal yang kebetulan?

Masya Allah, sadarlah bahwa tiada kebetulan dimuka bumi ini. Itu semua sudah diatur oleh Allah. Siapa yang menyangka pada akhirnya aku lolos di jurusan BK, yang dahulu sama sekali tak kuimpikan. Siapa yang menyangka bahwa DINI SRI MULYATI akan lolos BK UPI, padahal yang daftar ke jurusan itu saat SNMPTN adalah teman sekelasku yang namanya DINI GUSTIANI. Sama-sama DINI, tapi DINI akulah yang Allah pilih.

Hingga kemarin, seseorang teman di kampusku bercerita akan mengikuti SBMPTN lagi untuk mengejar cita-citanya kuliah di UGM. Teman yang lain bercita-cita ingin di UNSOED. Terbersit di otakku tentang cita-citaku yang ingin masuk IKOM UNPAD dan mengambil konsentrasi Jurnalistik. Lalu aku tersenyum getir. Tidak.

Mengapa aku memilih BK, karena Allah telah memilihkannya untukku. Bisa dibilang dari tiga jurusan yang kuajukan di SBMPTN bukanlah pilihanku sebenarnya, karena dua jurusan lain jelas-jelas disodorkan oleh orang tuaku. Meskipun pada kenyataannya akulah yang menyetujui.
“Lalu nikmat tuhan kamu yang mana lagi yang kamu dustakan?” latunan surat Ar-Rahman mengalun di telingaku.

Aku rela memasrahkan diriku menggadaikan impianku, demi mendapat ridho Allah. Karena aku yakin, bersama ridhonya, hidup akan terasa mudah. Semudah aku lolos SBMPTN. Karena ini adalah pilihan Allah, maka aku harus senantiasa menjaga amanah yang Allah SWT berikan. Memintanya agar senantiasa membimbingku.

Aku memasrahkan diri apa yang akan Allah rencanakan dengan cita-citaku di kemudian hari. Ataukah benar aku akan menjadi seorang jurnalis, atau hanya akan menjadi seorang guru. Wallahu a’lam. Tapi yang pasti Allah akan memberikan yang terbaik untuk hambanya yang percaya. Tugasku saat ini adalah menjaga amanahnya, menjadi mahasiswa yang berprestasi dan penuh kerja keras untuk mendapat hasil terbaik. Menjadi mahasiswa di fakultas pendidikan, jurusan Psikologi Pendidikan dan BImbingan UPI.

Aku ingat ceramah dosenku suatu ketika, “Di Indonesia, tidak ada konselor yang ditarif seperti dokter, karena itu salah jika Anda mengharapkan kaya dengan masuk di jurusan ini…
Suatu ketika, ada sepasang suami istri yang tengah dalam masalah keluarga, kami (dosenku dan istrinya yang juga dosen BK) membantu mereka hingga masalah mereka selesai. Kemudian Sang Suami bertanya kepada saya, ‘berapa harga yang harus saya bayar untuk konseling ini?’ kemudian saya menjawab: Tidak usah, karena bayaran pantas yang membuat hati konselor bahagia adalah melihat konselinya bahagia…”


Sekian detik, aku hanya memandang dosenku dengan terpana. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar