Mengapa kamu memilih jurusan BK?
Naha bet ka BK?
SUNGGUH… Sudah kubilang, aku tidak pernah bermimpi akan
menjadi mahasiswa jurusan bimbingan konseling. Pada saat mendaftar SNMPTN pun
dalam bayanganku hanyalah jurusan Komunikasi. Ya! Setidaknya kusimpan jurusan
akuntansi sebagai salah satunya. Agar aku tak disangka tak tahu diri
meninggalkan ilmu yang sudah kupelajari tiga tahun terakhir.
Dan semua impian itu kandas, ya! Berkat ego yang tak
berkesudahan. Aku tidak lolos SNMPTN.
Saat itu aku mulai menyadari ksalahanku. Aku teringat kata
guruku, bahwa apapun yang akan terjadi, hendaknya komunikasikan dengan baik
kepada oran tua. dan aku mulai melakukan itu. Pikirku, biarlah keridhoan orang
tua menjadi jalanku menuju keberkahan. Ya, aku siap menyongsong SBMPTN.
Setelah berbicara empat mata, akhirnya ibuku menyodorkan dua
jurusan kepadaku. Pendidikan Akuntansi dan Pendidikan Bahasa Sunda. Dua-duanya
di UPI, dengan alasan ibuku alumni UPI, dan aku pasrah jika harus menjadi guru.
Belakangan aku sadar, menjadi pegawai swasta sangatlah menguras pikiran dan
tenaga. Aku telah membuktikannya selama tiga bulan magang dalam program Prakerin
di sebuah perusahaan besar di kawasan industri Indotaisei Karawang. Setelah
tiga bulan magang, aku berikrar tak ingin kembali lagi.
Tinggal satu pilihan yang tersisa, dan itulah yang membuatku
agak bingung. Berkali-kali bertanya ke sana kemari. Dan anjuran memilih BK pun
datang dari sana-sini. Tapi kepesimisanku membuatku nyengir sendiri, ya! Aku
tak mungkin masuk BK di UPI. Sangat ketat, bagaimana mungkin aku bisa lolos ke
jurusan BK no. 1 di Indonesia. Aku nyengir sangsi.
Pikiranku mulai meraba lagi jurusan Komunikasi UPI. Tapi
kembali kupikirkan masak-masak. Dalam ikhtiar itu, tak lupa kubersujud dalam
istkharah kepada sang pemilik bumi dan langit. Tuhan yang maha pengatur
segalanya, tuhan yang maha kaya, yaitu Allah SWT. Taka da kabar darinya yang menunjukkan
aku diizinkan mengambil jurusan komunikasi.
Hingga beberapa hari sebelum pendaftaran SBMPTN ditutup,
Allah SWT memberiku petunjuk sebagai jawaban istikharahku yang tiada henti.
Malam itu aku bermimpi. Banjir besar menenggelamkan daerahku. Tiba-tiba,
kulihat seorang di hulu membawa rakit dan mengatakan, “Ayo, ikutlah… Kamu akan
selamat,” seketika aku tergagap. Orang yang menolongku itu adalah guru BK
SMP-ku.
Esoknya, aku terus memikirkan apa yang diimpikan malam hari
itu. Ketidakpercayaan sempat mengaliri pikiranku. Angan-angan ingin menjadi
seorang jurnalis, bayangan ilmu komunikasi yang tiba-tiba menggelayuti
pikiranku. Namun aku pasrah, bukankah itulah yang aku panjatkan dalam doa
istikharahku.
Meminta diberikan petunjuk, lalu pasrah akan keputusannya.
Baiklah, kupilih jurusan BK di pilihan pertama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar