Rabu, 04 Maret 2015

Ayah, Aku Bahagia Saat Kau Menjemputku



SETIAP aku pulang ke rumah. Aku selalu berharap ayahku yang akan menjemputku. Bukan hanya sekadar harapan hampa. Tapi bagiku penuh makna.



Dahulu, aku selalu malas di jemput ayah. Inginnya bersama teman, inginnya bebas. Inginnya main kemana-mana. Mungkin ketika usiamu remaja kau merasakan hal yang sama.

Hingga sekarang aku mulai menyadarinya. Ketika ayah menjawab, “pulang saja pakai angkutan umum,” ketika aku memintannya menjemput. Ah! Aku merindukan saat-saat dijemput ayah.

Bagiku, menjemput bukanlah sekadar rutinitas naik motor lalu sampai ke rumah. Ada nilai-nilai yang tiada tara di dalamnya.

Seorang ayah yang menjemput anaknya, mengartikan bahwa Sang Ayah sangat peduli terhadap anaknya. 
Ayah, merasa perlu untuk menjaga anaknya dari bahaya di sekitarnya.

Seorang ayah, mesti cemburu ketika anaknya dibonceng teman laki-lakinya, bahkan tukang ojeg sekalipun. Karena yang memboncengnya sudah dipastikan bukan makhramnya.

Sang ayah harus menjamin keamanan dan kenyamanan anaknya.

Aman tidak khawatir kecelakaan menimpanya. Nyaman, tidak khawatir anaknya digunjingkan berjalan dengan laki-laki bukan makhramnya.

Ah! Ayah, jika kau mempraktikan itu saja, jemput anakmu. Hanya itu, disela-sela pekerjaanmu. Aku yakin, kau akan menjadi ayah yang paling dicintai anak-anaknya.


Karena aku pun merasa begitu, aku bahagia ketika kau menjemputku. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar