Selasa, 20 September 2016

Mih, Aku Pamit



Pagi ini, ketika aku beranjak dari tempat tidurku. Entah kenapa aku ingin sekali menyapamu, Mamih.

Jumat, 22 Juli 2016

Apa, Cemburulah Sekali Saja

Pada satu titik banyak perempuan dinobatkan sebagai perempuan yang kuat. Dia bisa angkat kursi dibilang kuat. Dia bisa patah hati masih dibilang kuat. Lebih lagi, katanya, perempuan bisa punya hak seperti laki-laki.

Sama-sama bisa pergi kesana kemari. Sama-sama bisa mengecap pendidikan lebih tinggi. Sama-sama bisa memimpin sebagai laki-laki.

Tapi, nyatanya, tak semudah itu bagiku. Sejak kecil orang berkata bahwa aku memiliki kemampuan yang lebih daripada yang lain. Meskipun aku tak paham kemampuan seperti apa yang mereka maksud. Amana-amanah mulai sering diberikan padaku. Mulai dari hal bersifat seni seperti berdrama dan membaca puisi. Sampai hal yang dianggap serius. Jadi ketua kelas atau jadi bendahara kelas. Dan jabatan itu terus naik levelnya ketika remaja dan kini menginjak dewasa. Sampai mereka menganggap bahwa aku perempuan strong.

Namun, tanpa disadari, justru itulah yang membuatku menjadi manusia yang amat lemah. Aku tak bangga disebut perempuan strong. Karena disitulah letak masalahnya. Mereka menggapa apa apa bisa kukerjakan sendiri. Padahal aku sungguh kepayahan. Bahkan sampai mengerjakan 2+2 pun aku tak mampu.

Begitu pula dengan Apa. Sejak kecil dia mengharuskanku untuk mandiri. Ibu juga. Meski akhir akhir ini ia sadar kalau ia terlalu keras mendidiku.

Tahukah kau, dipola seperti itu kadang aku merengek merasa kesepian. Kau... aku sangat cemburu ketika orang lain mendaftarkan kuliah bersama orang tuanya. Bahkan aku tidak bisa begitu.

Kau aku sangat cemburu ketika kulihat seorang ayah yang rela memberikan apapun untuk anaknya. Tapi mengapa berbeda dengan Apa? Apakah Apa pernah cemburu ketika aku dijemput tukang ojeg pangkalan jam 6 sore. Apa, cemburulah sekali saja melihat orang tua lain mengantar jemput anaknya. Apa, tolong khawatirkan aku sekali saja.

Apa, aku kali ini bukan ingin menjadi anak yang manja. Tapi, aku tahu Apa, suatu saat nanti akan ada sesal ketikaku telah diboyong pergi. Apa tolong cemburulah sekali saja. []

Sabtu, 12 September 2015

Jomblolillah


“Aku ingat kok ulang tahun kamu…”

Celoteh untuk Purawakarta


Hallo guys, gue udah lama banget nih gak ngisi ini blog (ceritanya ini anak alay yang ng-blog). Mungkin lo rada kaget ketika lo baca tulisan ini kok bahasa jadi gue elo… hehe jangan kaget guys, entah kenapa saat ini gue lagi nyaman pake bahasa lo gue. Mungkin karena gue abis baca buku yang emang genrenya gue elo gitcu… nah loh aemang ada ya buku kayak gitu.Ya maksud gue itu buku buat remaja. 

Rabu, 15 Juli 2015

Terpikat Cadar Sahabat

Cadar-Foto: Merdeka

Unsur rupa cantik jelita tidak ternilai di balik balutan sehelai kain yang menutupinya.
Aku menatap malu, tapi lugu.
Entah mengapa ada cahaya di matanya.
Seolah berkata aku mencintai Allah, sungguh. 

Selasa, 14 Juli 2015

The Peak Experience


Sudah lama aku ingin menulis ini.
Terlebih saat ingatan ini kian hari kian memudar aura rasanya.
Aku tidak ingin melewatkannya.

Senin, 13 Juli 2015

Teori Perhatian


Memperhatikan Facebook, kian hari, saya pikir semakin dewasa penggunanya, semakin bermanfaat pula status tulisannya. Nyatanya, ada yang sudah banyak berubah, ada juga yang masih begitu-begitu saja.